BBYB mencatat laba rugi bersih sebesar Rp239 miliar pada 3Q23 vs rugi bersih Rp258 miliar pada 2Q23, sehingga kerugian bersih di 9M23 mencapai Rp565 miliar. BBYB mencatatkan laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) kuartalan yang lebih tinggi pada 3Q23 sebesar Rp522 miliar, tetapi PPOP tersebut diimbangi dengan peningkatan pencadangan kuartalan (qoq) sebesar Rp763 miliar (qoq).
Margin bunga bersih (NIM) pada 9M23 meningkat menjadi 17.3% (1H23:16.2%), didorong oleh peningkatan kenaikan imbal hasil kredit. Kenaikan NIM ini disebabkan adanya perubahan skema penjaminan kredit dari skema buyback guarantee menjadi skema risk premium sesuai yang diwajibkan OJK- (OJK mengizinkan bank menggunakan risk premium model hingga Desember 2023).
Untuk mengkompensasi risiko kualitas asset sebagai konsekuensi perubahan ke skema risk premium,Credit Cost (CoC) BBYB meningkat menjadi ~18% di 9M23 (1H23:~12%).
Kredit macet (NPL) tercatat sebesar 3.9% di 9M23 (1H23: 3.7%). Tren peningkatan NPL terutama didorong oleh kredit konsumer. Manajemen menargetkan NPL sebesar 3.8% pada akhir tahun 2023.
Coverage NPL mencapai 126.8% pada 9M23, lebih tinggi dibandingkan dengan 92.7% pada 1H23 dan melampui proyeksi sebelumnya, yang sebesar 100%. Hal ini menunjukkan upaya bank dalam membangun penyangga yang kuat. Loan at Risk (LAR) tercatat pada 14.8% per akhir 9M23 vs 14.6% pada 1H23.
BBYB menargetkan credit cost FY24F berada pada kisaran 18-20%, dengan target coverage NPL diatas 100% dan coverage LAR di atas 30% untuk tahun depan (9M23: 33%).
Penyaluran kredit tumbuh 8.5% qoq (+22.7% yoy) menjadi Rp10,9 triliun pada 3Q23. Hal ini didukung oleh peningkatan penyaluran kredit melalui agen/partner (+13% qoq). BBYB menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 20% untuk FY24F.
BBYB mengungkapkan bahwa mereka akan bermitra dengan Lazada (e-commerce) untuk menyalurkan pinjaman tunai, sehingga BBYB dapat mendiversifikasi portofolionya selain melalui Akulaku (fintech pinjaman online).
BBYB menyatakan bahwa pihaknya tidak akan terdampak oleh regulasi fintech P2P terkini yaitu terkait pembatasan bunga pinjaman, karena BBYB memiliki kemampuan untuk secara langsung menyalurkan kredit kepada nasabah.
Kredit yang disalurkan melalui agen/partner selama 9M23 didominasi oleh Akulaku (44%), tiga pemain besar lainnya (total 15%), sementara sisanya menyumbang kurang dari 5%.
Pengendalian opex berkontribusi pada peningkatan PPOP pada 3Q23, seiring dengan keberhasilan perseroan memangkas biaya NeoBank (-40% yoy) menjadi Rp61 miliar pada 3Q23. BBYB akan menunda right issue hingga akhir 1Q24 atau awal 2Q24 karena kondisi pasar yang kurang mendukung. Manajemen mengatakan masih mengkaji target penambahan modal.
Kami mempertahankan rekomendasi Add dengan Target Price berbasis GGM sebesar Rp420. Downside Risk: memburuknya kualitas asset dan persaingan yang ketat, termasuk dari bank-bank besar, dalam pemberian pinjaman digital. Re-rating catalyst: berkelanjutannya coverage NPL yang lebih tinggi, membaiknya NPL dan formasi NPL.