Semen Indonesia

  • Riset
  • 06 Nov 2023
Bob Setiadi
Genie Purnamasari

Highlights

  • Highlights dari analyst meeting 3Q23:
    • Manajemen SMGR merevisi guidance pertumbuhan blended ASP 2023F menjadi 1.5% yoy (sebelumnya 2-3% yoy), karena porsi semen curah (bulk) terhadap total volume penjualan yang lebih tinggi dari perkiraan. SMGR memproyeksikan volume penjualan domestik di 2024F tumbuh 3% yoy (2023F: 2% yoy), masih didorong oleh permintaan semen curah (bulk). SMGR mengatakan bahwa kompetisi harga dari pemain tier-2 tetap sehat di 3Q23, dimana manajemen mempertahankan panduan marjin EBITDA di 2023F sebesar 21-22%.
    • Biaya bahan bakar dan energi di 3Q23 relatif stabil di Rp254 ribu/ton (2Q23: Rp261 ribu/ton). manajemen SMGR mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh kemampuan SMGR untuk mengamankan pasokan batu bara dari tambang batu bara yang jaraknya lebih dekat. Kami melihat adanya pemulihan volume domestik dan ekspor di 3Q23 menjadi 9,2 juta ton (+35% qoq, +10% yoy) dan 2,1 juta ton (+22% qoq, +63% yoy). Namun, kami melihat blended ASP sedikit menurun di 3Q23 menjadi Rp940k/t (2Q23: Rp949k/t).
  • Kami menurunkan EPS inti SMGR di 2023-25F sebesar 1.1-6.9%, untuk memperhitungkan volume ekspor yang lebih rendah, blended ASP yang lebih rendah untuk penjualan semen domestik, biaya bunga yang lebih tinggi, dan kami memperkirakan marjin EBITDA SMGR di 2023-25F sebesar 21.4-22.4% (2022: 21.7%).
  • Kami mempertahankan rekomendasi Add seiring tren positif pangsa pasar domestik SMGR dan pertumbuhan EPS yang masih solid di 2024F, dengan target harga (TP) yang lebih rendah dari Rp8,400 menjadi Rp8,000. SMGR saat ini diperdagangkan di 5.1x 12M-forward EV/EBITDA (-1.8 s.d. rata-rata 5-tahun). Risiko: 1) Kompetisi harga yang semakin ketat, terutama di wilayah Jawa; 2) Permintaan semen curah (bulk) yang lebih lemah dari perkiraan. Katalis re-rating potensial adalah berlanjutnya pelemahan harga batu bara dan permintaan semen yang lebih baik dari perkiraan di wilayah Sumatra.
Kembali ke Blog