AKR Corporindo

  • Riset
  • 22 Mar 2024
Bob Setiadi
Rut Yesika Simak

Highlights

  • Laba bersih 4Q23 AKRA mencapai Rp1,2 triliun (+63% qoq, +27% yoy), sehingga laba bersih FY23 sebesar Rp2,8 triliun (+16% yoy) atau 112%/104% dari proyeksi setahun penuh kami/konsensus Bloomberg. AKRA membukukan penjualan lahan industri seluas 60,8 hektar di 4Q23, yang mendorong pendapatan 4Q23 menjadi Rp12,1 triliun (+19.6% qoq, -6.5% yoy). Pada FY23, AKRA juga melaporkan margin laba usaha yang lebih tinggi sebesar 8.3% (FY22: 6.6%) karena kontribusi penjualan yang lebih tinggi dari lahan industri, margin perdagangan yang stabil, serta biaya operasional yang lebih rendah.
  • Pada analyst briefing kemarin, manajemen memberikan panduan untuk tahun 2024 sebagai berikut: 1) mempertahankan pertumbuhan laba bersih sebesar 12-15% yoy; 2) penjualan lahan seluas 130 ha, dan 3) pertumbuhan volume perdagangan dan distribusi sebesar 6-8% yoy. AKRA juga berencana untuk membagikan dividend final sebesar Rp50/saham, sehingga total dividend menjadi Rp125/saham atau c.90% dari laba bersih FY23 (c.7% dividend yield). AKRA juga mengatakan bahwa mereka berharap untuk membukukan penjualan lahan seluas 67 ha ke Hebang pada 2Q24F sementara total permintaan lahan saat ini mencapai 665 ha; sebagian besar berasal dari sektor bahan kimia serta kendaraan listrik dan sektor energi terbarukan.
  • Kami menaikkan asumsi laba bersih AKRA sebesar 16-22% pada FY24-25F karena kami: 1) menaikkan spread minyak bumi sebesar 19% untuk mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan margin di tengah penurunan harga minyak; 2) menaikan penjualan lahan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) menjadi 117 ha (dari 85 ha) karena permintaan yang meningkat pasca pemilu, dan 3) menurunkan tarif pajak menjadi 15% karena adanya insentif pajak dari pemerintah untuk JIIPE. Namun, kami memproyeksikan penurunan ASP minyak bumi sebesar 4% yoy pada FY24/25F, yang mencerminkan pandangan netral kami terhadap harga minyak, di mana kami memperkirakan harga minyak akan mencapai US$78/73 per barel pada FY24/25F. Kami juga memperkirakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan akan berada di 2.3% / 2.2% pada FY24/25F. Secara keseluruhan, kami memproyeksi laba bersih AKRA akan tumbuh sebesar 8% / 2% pada FY24/25F.
  • Kami menaikkan TP berbasis SOP menjadi Rp2,000 (dari Rp1,650) seiring dengan peningkatan margin perdagangan jangka panjang dan pemangkasan WACC (karena asumsi imbal hasil obligasi yang lebih rendah). Kami mempertahankan rekomendasi Add seiring posisi arus kas bebas AKRA yang solid; kami juga berpendapat bahwa konsensus Bloomberg belum mengapresiasi pendapatan berulang AKRA dari layanan utilitas selama 2024F. Downside risks: margin perdagangan yang lebih rendah dari perkiraan, take-up rates yang lambat untuk penjualan lahan industri dan volume penjualan bahan kimia dasar yang lemah. Re-rating catalysts: permintaan layanan utilitas yang lebih tinggi di JIIPE dan spread minyak bumi yang lebih baik dari perkiraan.
Kembali ke Blog