BBCA mencatatkan laba bersih Rp12,2 triliun di 4Q23 (flat qoq), sehingga laba bersih FY23 menjadi Rp48,6 triliun (+19.4% yoy), sejalan dengan proyeksi kami dan ekspektasi konsensus Bloomberg. Pertumbuhan laba bersih yang kuat di FY23 didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat (+14.4% yoy) dan beban provisi yang lebih rendah (-50% yoy). Kenaikan opex sebesar +14.8% qoq di 4Q23 disebabkan oleh faktor musim, meskipun demikian rasio biaya terhadap pendapatan FY23 terkelola dengan baik di angka 33.8%.
Total kredit BBCA mencapai Rp810 triliun di FY23, tumbuh +13.9% yoy, ditopang dengan kuat oleh segmen korporasi (+15% yoy), UMKM (+16% yoy), dan konsumer (+14.8% yoy). Pada segmen korporasi, BBCA mencatat adanya permintaan kredit investasi yang kuat pada akhir FY23 dari pertambangan & smelter, lembaga keuangan dan transportasi logistik. Perseroan mengharapkan beberapa permintaan kredit tersebut dapat berlanjut di FY24F. Penggunaan fasilitas kredit baik dari kredit investasi maupun kredit modal kerja masing-masing tercatat sebesar 82% dan 54%, masih lebih rendah dibanding tahun 2019. Dalam hal kredit konsumer, pengajuan dari KPR dan kredit mobil cenderung lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi. Secara konservatif, panduan dari BBCA untuk pertumbuhan kredit berkisar 9-10% di FY24F.
NIM BBCA naik 10bp qoq menjadi 5.6% di 4Q23, dengan NIM FY23 sebesar 5.5% (+20bp yoy). Kenaikan bertahap pada NIM di tahun lalu sebagian besar didorong oleh volume dan pergeseran bauran ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi. Saat FY23 results call, manajemen BBCA mengatakan melihat kemungkinan menaikkan imbal hasil pinjaman sebesar 25-50bp tahun ini. Sementara itu, pada kewajiban, BBCA menyebutkan kemungkinan menurunkan suku bunga deposito berjangka karena telah meningkatkan suku bunga tersebut selama periode kenaikan suku bunga pada tahun 2023. Ini mengarah ke NIM yang flat 5.5-5.6% pada FY24F.
Biaya kredit BBCA telah dikelola dengan baik selama beberapa kuartal terakhir, dengan biaya kredit FY23 sebesar 30bp. Loans at risk (LAR) membaik dari 7.9% pada September 2023 menjadi 6.9% pada Desember 2023, dan bank memperkirakan tren ini akan terus membaik menjadi 4-6% pada 2024F. BBCA menargetkan biaya kredit sebesar 30-40bp pada FY24F.
Kami mempertahankan rating Add saham BBCA dengan target harga yang lebih tinggi sebesar Rp10,900 seiring NIM yang lebih tinggi dan CoC yang lebih rendah (Target harga berbasis GGM dengan 4.3x FY25F P/BV). Potential catalyst: pertumbuhan kredit dan NIM yang lebih kuat dari perkiraan. Downside risk: permintaan kredit yang lebih lambat karena ketidakpastian situasi pemilu dan memburuknya kualitas kredit.